Si Merah Bangkit!



Tadi malam, tiga klub berwarna merah masing-masing meraih kemenangan, yang menunjukkan kebangkitan bagi tim itu sendiri. Tim yang saya maksud yaitu Persija Jakarta, Liverpool, dan AS Roma. Ya, setidaknya hanya tim itu yang setahu saya menang, padahal sebenarnya tidak diunggulkan pada pertandingan tersebut.

Satu di antara dua tim itu berada dalam kompetisi yang berbeda, bahkan berbeda benua atau kontinental juga, yaitu Persija Jakarta. Dua lainnya, Liverpool dan AS Roma, bertanding di kompetisi antarklub juga, namun lebih elite: Liga Champions Eropa. Jika mau mencari klub yang identik dengan warna merah lain, pasti ada beberapa juga yang bertanding –dan menang. Tapi, di sini hanya akan membahas tiga klub yang telah disebut di awal tadi saja.

Yang pertama, dari klub lokal dulu, yaitu Persija Jakarta. Sebenarnya Persija lebih identik dengan warna oranye, namun beberapa tahun belakangan ini manajemen sepertinya berniat mengembalikan warna merah yang dulu pernah menjadi warna kebesaran tim. Macan Kemayoran bertanding melawan klub tangguh dan kaya asal Malaysia, Johor Darul Ta’zim. Persija berhasil ‘balas dendam’ kepada tim berjuluk Harimau Selatan itu. Di pertemuan pertama pada laga pembuka grup H, Persija terbantai dengan skor telak tiga gol tanpa balas, dengan gawang Andritany kebobolan gol-gol dari Ahmad Hazwan Bakri, Jorge Pereyra Diaz, dan pemain muda Malaysia, Safawi Rasyid.

Menilik performa tim, Persija sebenarnya tidak terlalu diunggulkan dalam pertandingan ini. Adalah kekalahan 1-3 dari PSMS Medan pada pekan ke-3 Go-jek Liga 1 yang membuat Persija tidak punya modal untuk mengalahkan JDT. Konsistensi sang striker, Marko Simic, juga belum terlalu teruji. Ketika on fire, Simic bisa mencetak lebih dari satu gol dalam satu pertandingan. Jika sedang melempem bahkan bisa juga mencetak gol untuk tim lawan (baca: gol bunuh diri), yang tentu saja merugikan tim, seperti ketika takluk dari PSMS Medan kemarin, Simic bikin gol ke gawang sendiri.

Namun, faktor bermain di kandang sendiri, disertai dengan 60 ribu lebih pendukung militan yang dikenal bernama Jakmania itu, Persija mampu bangkit. Sejak sebelum pertandingan, pelatih JDT, Raul Longhi, sudah tahu kalau Persija pasti akan tampil trengginas di hadapan puluhan ribu suporternya. Bahkan, pemain JDT pun sampai mengatakan bahwa bohong bagi seorang pemain jika bisa bermain tenang dengan dikelilingi teror dan berisiknya suporter dalam stadion.

Yang ditakutkan pemain dan pelatih JDT terjadi. Belum juga pertandingan dimulai, Stadion Gelora Bung Karno sudah penuh dengan lautan oranye, plus kebisingan yang mengganggu pemain JDT ketika pemanasan, hal yang tidak pernah dirasakan ketika di Malaysia. Dan ketika pertandingan dimulai, pendukung Persija menampilkan teror berupa koreografi tiga dimensi macan yang menunjukkan otot-ototnya yang kekar di tribun utara. Plus koreografi kertas membentuk gradasi merah-oranye-hitam, mirip suatu nyala api, yang turut membakar semangat pemain. Di tribun selatan juga ada koregrafi dengan membentuk angka 1928, tahun Persija didirikan, dengan bendera raksasa logo Persija di tengah.

Menurut info, yang hadir di stadion adalah sebanyak 60.157 orang, dari total sekitar 66 ribu tiket yang dicetak. Dan ini menjadi rekor di dalam gelaran piala AFC. Sebelumnya rekor penonton terbanyak dalam stadion adalah ketika pertandingan final Piala AFC pada tahun 2010 ketika mempertemukan Qadsia SC melawan Al Ittihad yang ditonton 58.604 orang.

Begitu pertandingan dimulai, Macan Kemayoran langsung unggul cepat melalui sundulan penyerang asal Kroasia, Marko Simic, pada menit ke-8. Berselang empat menit, Super Simic menggandakan keunggulan, dan mencatatkan hattrick pada menit ke-19. Pemain terbaik Piala Presiden 2018 itu kemudian mencatatkan quattrick pada menit ke-87 melalui titik putih.

Seusai pertandingan, pelatih JDT asal Argentina, Raul Longhi, beralasan bahwa JDT sengaja tidak menurunkan pemain-pemain intinya, karena fokus pada pertandingan liga melawan Pahang FA. Selain itu ia beralasan juga bahwa gol cepat Persija dan bisingnya suporter membuat timnya gagal menjalankan strategi dengan baik.

Memang, beberapa pemain inti JDT tidak dibawa dan ada juga yang memulai dari bangku cadangan. Gelandang andalan timnas Malaysia, Safiq Rahim, diturunkan hanya di babak kedua. Sedangkan mantan pemain Levante yang juga kakak kandung mantan pemain Arema dan Bali United, Kiko Insa, yakni Natxo Insa, sama sekali tidak bermain. Pemain keturunan seperti La Vere Corbin Ong juga tidak bermain.

Kekuatan JDT sebenarnya juga berbeda ketika menjamu Persija. JDT sudah melakukan pergantian pelatih. Kala itu Harimau Selatan ditangani pelatih asal Portugal, Ulisses Morais. Salah satu pencetak gol di pertemuan pertama, Jorge Pereyra Diaz, juga sudah hengkang. Plus dengan pensiunnya mantan pemain timnas Argentina, Luciano Figueroa.

Yang jelas, kalah tetaplah kalah. Tidak perlu banyak beralasan. Jika beralasan kalah karena menurunkan pemain lapis, berarti JDT memang datang untuk mengalah karena takut. Pasalnya, kedua tim sama-sama punya target harus menang demi menjadi pemuncak klasemen. Perlu diingat juga, Persija ketika kalah 0-3 dari JDT juga sedang tidak bermain dengan kekuatan penuh, karena fokus ke final Piala Presiden.

Beralih ke Liga Champions di Eropa. Saya juga terkejut ketika Roma menyingkirkan Barcelona. Kemenangan telak 4-1 Barcelona atas Roma di Camp Nou menjadi tidak berarti apa-apa.

Meminjam istilah comeback Barca atas PSG musim lalu, Sang Serigala sepertinya berhasil mencuri inspirasi remontada Barca. Il Lupi berhasil menghajar Blaugrana dengan skor telak 3-0! Uniknya, dua pencetak gol Roma adalah pencetak gol bunuh diri di leg pertama, yaitu Danielle de Rossi dan Kostas Manolas. Keduanya seakan membayar lunas utangnya di pertemuan pertama. Si merah kedua bangkit!

Si merah ketiga. Kali ini ‘bangkit’ dalam pengertian lain. Liverpool memang sudah berada di atas angin karena di leg pertama yang dilangsungkan di Anfield sudah unggul 3-0 atas Manchester City. Kebangkitan Si Merah ini adalah kebangkitan dari musim-musim sebelumnya yang selalu terpuruk.

Di leg kedua, Man City langsung menggebrak dengan gol cepat Gabriel Jesus  setelah kick off. Namun, gol dari pemain yang tengah on fire, Mohamed Salah, dan Roberto Firmino membuat gol cepat Gabriel Jesus menjadi sia-sia. Pada akhirnya, skor berkesudahan 2-1 untuk kemenangan The Reds, dengan skor agregat 5-1.

Luar biasa jika melihat bahwa Manchester City begitu digdaya di Premier League musim ini. Untuk Manchester City, minggu-minggu ini menjadi semakin runyam setelah tiga kekalahan beruntuk dari Liverpool dan Manchester United, dua di antaranya di kandang sendiri, Stadion Etihad. 

Berhubung timnas Indonesia juga menggunakan jersey warna merah, saya tentu juga berharap timnas kita bangkit juga. Sebentar lagi  akan ada perhelatan Asian Games 2018 plus Piala AFF. Jangan lupakan juga Piala Asia U-16 dan U-19 yang timnas junior kita juga berpartisipasi. Sebagai pendukung, kita hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik. 

Komentar

ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

Pet Sematary: Kadang Kematian Memang Lebih Baik

Piala Dunia dan Idul Fitri: Sukacita Perayaan Ganda

Akhir Kisah Ajax nan Romantis: Dramatis Sekaligus Tragis